Kisah Sang Penggila Batu Pacitan

93yoyokAKehidupan Suryo Nugroho (35) seakan tak bisa lepas dengan barang unik. Hobi pria kelahiran Kecamatan Tegalombo ini tak pernah jauh dari benda kuno maupun langka.


Semua rela dilakukannya sekadar untuk kesenangan. Meski untuk mendapatkannya, Yoyok-sapaan Setyo Nugroho-acap kali harus merogoh kocek ratusan ribu rupiah.


"Ini jenis Kalsedon. Sekarang lagi booming," ujar Yoyok sambil menunjukkan koleksi batu mulia berbentuk akik miliknya.


Kecintaan terhadap batu mulia, lanjut Yoyok, sudah dirasakannya sejak masih duduk di bangku SMP. Saat itu, dirinya mulai mengoleksi batu mulia.


Tiap berangkat sekolah, dia selalu menyisakan uang jajan. Setelah terkumpul, uang lalu dia belikan batu mulia.


"Waktu itu per kodinya Rp 2.500," kenangnya.


Tanpa terasa, koleksi batu mulai milik Yoyok jumlahnya terus bertambah hingga mencapai ratusan biji. Sayangnya, begitu duduk di bangku SMA batuan beraneka warna yang tersusun rapi hilang satu per satu.


Yoyok mengaku menyesal kehilangan beragam jenis benda kesukaannya. Sayangnya, pria yang saat ini menjadi PNS di lingkup Dinas Kesehatan Pacitan, tak punya waktu cukup mengawasi. Pasalnya, masa SMA dihabiskan di Madiun.


Rupanya, kecintaan Yoyok terhadap batu mulia tak hilang begitu saja. Ibarat penyakit, hobinya mengoleksi batu mulai kembali kambuh sejak 1 tahun yang lalu.


Berawal melihat rekannya mengenakan batu akik, ingatan Yoyok kembali tergugah. Dia pun berobsesi memiliki sebanyak mungkin batu mulia.


Kendati termasuk penikmat setia, namun Yoyok termasuk selektif memilih batu berharga. Suami Sari Utami (30) ini mengaku tak suka jenis permata. Selain harganya mahal, terang dia, barang mewah semacam itu banyak tiruannya.


"Kalau batu alam dijamin asli dan harganya terjangkau. Apalagi di Pacitan ini hampir semua jenis batu (mulia) ada," paparnya.


Untuk menambah perbendaharaan batu mulia, Yoyok tak hanya membeli dari teman. Bapak satu anak ini pun tak segan meluangkan waktu berburu batu langsung ke situsnya. Hal itu biasa dia lakukan tiap akhir pekan dan hari libur.


Hingga saat ini, koleksi batu akik Yoyok sudah mencapai ratusan. Sebagian sudah dipasang cangkang berbentuk cincin dan siap pakai.


Ratusan lainnya masih berupa butiran pipih berbentuk oval. Sudut-sudut rumahnya di Lingkungan Barehan pun dipenuhi onggokan bahan batu mulia.


"Kira-kira semuanya 1/2 kubik," ucapnya terkekeh.


Yoyok tak tahu pasti kapan berhenti dengan perburuannya. Toh bukan hanya batu mulia yang diincar.


Tempat tinggalnya sekaligus menjadi museum benda antik semacam sepeda kuno, lampu petromaks, lampu senter, maupun benda-benda lain peninggalan masa lalu.




Related Posts:

0 Response to "Kisah Sang Penggila Batu Pacitan"

Posting Komentar